Senin, 05 Januari 2015

TAKIRAN



TAKIRAN
Sedekah bumi, adalah tradisi masyarakat jawa yang biasa di laksanakan pada bulan syura. Orang biasanya menyebut juga dengan istilah suran. Kegiatan ini biasanya di isi dengan menyembelih hewan berupa kerbau, sapi, atau kambing. Kemudian kepala dar hewan tersebut di kubur di tempat yang di anggap keramat, sedangkan dagingnya di masak dan di makan bersama seluruh warga.
            Hmmmm... beda daerah, beda pula adat istiadatnya. Begitu pula di Negeri Astina Islamic Country Ngasinan. Pada bulan Syura tidak mengenal istilah sedekah bumi, tetapi tetap mengadakan tradisi rutin setiap bulan syura.
Ngasinan yanmg begitu kental keislamanya, khawatir adanya kesyirikan yang di timbulkan dari adat istiadat yang dilakukan menyambut bulan syura. Maka dari itu sesepuh dahulu merubah kegiatan suran dengan selamatan pada tanggal 10 Muharram yang mana hari tersebut adalah hari asyura yang kita ketahuii ada puasa sunnah yang sangat di anjurkan. Kegiatan selamatn pun akhirnya di ganti dengan istilah “ Buka Bersama Puasa Hari Asyura”. Cuma makananya di buat mirip dengan tradisi sedekah bumi yang di sebut “takir”.

  Inilah “TAKIR” berisi nasi dan lauk pauknya

            Takir merupakan sebuah wadah / tempat makan yang di buat dari daun bisa yang di buat seperti peti. Takir sangat identik dengan suran, dan jaran di gunakan oleh orang jawa di kegiatan lain.
Prosesi pelaksanaan takiran di ngasinan, sederhana sekali. Seluruh warga masyarakat ngasinan dari Ngasinan datang berbondong bondong ke masjid Baiturrtahman pada sore hari pukul 17.00 WIB. Yang datang tak Cuma orang tua, dari anak kecil, sampai yang sepuh semua hadir (pokoke asal wis dongan mangan sega ya mangkat lah. Haha) yang unik, setiap kepala keluarga akan mebawa nampan baik berupa tampah atau baki yang berisi takir yang sudah siap santap. waooowww
Setiap nampan berisi 8 – 10 buah takir, dengan lauk yang wuenak wuenak. Nasi, sayur, ayam, telor, krupuk dan lalapan baik jengkol atau pete. Nampan tersebut di serahkan kepada panitia
 
  Panitia menerima takir yang di bawa warga

Setelah seluruh warga berkumpul, mereka segera masuk serambi masjid. Bpk Kyai Ngabdussalam mulai membuka acara dengan sedikit mauidzoh Hasanah tentang pahala puasa hari Arafah, dan pahala shodaqoh. Dengan begitu makin mantaplah warga untuk berpuasa di tahun mendatang. Setelah pembukaan di lanjutkan pembacaan tahlil yang di ikuti oleh seluruh warga yang hadir, tahlil akan selesai saat waktu magrib datang. Dan di tutup dengan bacaan doa yang di pimpin pak kyai Ngabdussalam.
Saat pembacaan tahlil itulah takir akan di bagikan secara acak kepada warga, tanpa melihat takir itu milik siapa. Setiap orang akan mendapatkan sekitar 2 sampai 3 buah takir (tentunya dengan menu yang berbeda beda) hmm.. kadang kadang mengurangi kekhusyu;an tahlil juga, kalau pas menu kurang memuaskan ada saja yang bergumam ”walah jaaan,, ding aku nampa sing jangan welok ya... krupuke ames mbarang”. Tapiii itu pikiranya anak anak lhoo..



 Pembacaan tahlil ( takir sudah dii bagikan dan siap di santap)
Selesai tahlil dan di kumandangkan adzan maghrib, saatnya buka bersama menikmati takir yang nikmaat. Semoga trdisi ini tetap lestari. Salam AIC










Tidak ada komentar:

Posting Komentar